Pertanyaan sing kalebu unen unen Jawa yaiku? Akan dibahas pada materi Bahasa Jawa untuk SMP. Soal ini akan menguji pemahaman murid akan ungkapan sederhana khas Jawa.
Untuk dapat menjawab pertanyaan yang diberikan, maka sebaiknya soal diterjemahkan dahulu. Baru setelah itu, murid akan mengerti jawaban benarnya, serta penjelasan lengkapnya.
Pertanyaan:
Sing kalebu unen unen Jawa yaiku?
a. bebasan, paribasan, saloka
b. bebasan, saloka, pepindhan
c. saloka, paribasan, pepindhan
d. saloka, baradha, pepindhan
Jawaban:
Terjemahan dari soal yang diberikan adalah “Yang termasuk ungkapan Bahasa Jawa yaitu?”. Dengan begitu, maka sudah jelas bahwa jawabannya A. bebasan, paribasan, saloka.
Jawaban tersebut dikarenakan ketiganya merupakan wujud dari pepatah Bahasa Jawa. Tiga-tiganya digunakan untuk menyampaikan nasihat atau sindiran.
Untuk pilihan B. bebasan, saloka, pepindhan, jawaban ini kurang tepat. Hal ini dikarenakan pepindhan merupakan kata perumpamaan, jadi tidak termasuk bentuk pepatah.
Lalu pada pilihan C. saloka, paribasan, pepindhan, jawaban ini juga kurang benar. Alasannya sama dengan opsi B, yaitu pepindhan bukan merupakan bentuk pepatah Bahasa Jawa.
Terakhir pada pilihan D. saloka, baradha, pepindhan juga salah. Selain pepindhan, baradha tidak termasuk pepatah bahasa Jawa karena bukan tiga bagian yang disebutkan di atas.
Pembahasan Mengenai Bebasan, Paribasan, dan Saloka
Dalam Bahasa Jawa, ada yang dinamakan dengan piwulang (atau pembelajaran) bersifat lisan. Masyarakat dulu menyebutnya sebagai pepatah atau peribahasa.
Pepatah Bahasa Jawa ini digunakan sebagai kiasan untuk memberikan sindiran, nasehat, atau teguran secara tidak langsung. Tujuannya supaya tidak terkesan menyakitkan bagi orang yang ingin disampaikan.
Berdasarkan gaya bahasa yang digunakan, terdapat setidaknya tiga jenis pepatah yang dapat disampaikan. Berikut penjelasan dari masing-masing pepatah yang dipakai tersebut:
1. Bebasan
Yang pertama yaitu bebasan, dengan arti pepatah yang dipakai untuk mengungkapkan watak seseorang. Jenis yang satu ini dapat memakai kiasan serta ungkapan pengandaian.
Dikarenakan menceritakan sifat seseorang, maka terkadang bebasan memiliki makna konotatif. Namun, ada juga sebagian dari pepatah ini yang tidak mengandung unsur konotatif.
Adapun contoh dari bebasan yaitu anggenthong umos, dengan arti orang yang sulit menyimpan rahasia. Sifat orang tersebut berarti suka mengumbar, sehingga termasuk buruk.
Lalu untuk contoh berikutnya yaitu gawe luwangan ngurungi luwangan, dengan arti yang sama dengan gali lobang tutup lobang. Sepertinya, semua sudah tau sifat buruk ini.
2. Paribasan
Jenis pepatah berikut digunakan untuk menyampaikan kata yang tidak berunsur pengandaian atau perumpamaan. Namun, paribasan dapat menggunakan kata kiasan.
Adapun gaya bahasa dari pepatah tersebut harus lugas serta jelas. Paribasan ini digunakan untuk memberikan nasehat dengan tutur kata yang lebih sopan.
Selain itu, pepatah jenis ini juga dapat digunakan untuk mengajarkan moral pada masyarakat. Agar diterima, umumnya paribasan ditambahkan sedikit elemen humor.
Sebagai contoh, ana catur mungkur memiliki arti tidak mau menerima keluh kesah dari orang. Namun, hal ini positif, karena keluh kesah yang disampaikan bersifat negatif.
Lalu contoh berikutnya yaitu busuk ketekuk pinter keblinger. Pepatah ini memiliki arti bahwa yang pintar maupun bodoh, tetap akan mengalami musibah/kesulitan.
3. Saloka
Lalu untuk terakhir yaitu saloka, dengan arti pepatah yang memiliki perumpamaan hewan atau barang. Kata-kata untuk jenis ini tentu saja mengandung makna konotatif.
Alasan menggunakan pepatah saloka tersebut yaitu untuk menceritakan sindiran mengenai seseorang. Namun, gaya bahasa yang digunakan lebih halus, agar orang tidak tersinggung.
Contoh untuk saloka yaitu belo melu seton, dengan arti orang suka ikut-ikut, tapi tak tau tujuannya. Dari sini dapat terlihat bahwa saloka dipakai sebagai untuk sindiran kepada yang dituju.
Dari penjelasan diatas, kesimpulan yang diambil adalah sing kalebu unen unen Jawa yaiku ketiga pepatah di atas. Sebagai orang Jawa, jangan lupa untuk mempelajari bahasa unik ini.Tentu saja, Bahasa Jawa merupakan bahasa yang kompleks. Sebab itu, murid perlu memahami tentang sing kalebu unen unen Jawa yaiku, serta penjelasan dari jawabannya.