Saka Papat Utawa Saka Guru Sing Nyangga Pencu Minangka Landhesane?

Pertanyaan saka papat utawa saka guru sing nyangga pencu minangka landhesane seringkali ditemukan di pelajaran Bahasa Jawa. Terutama, dalam materi untuk memahami lebih jauh mengenai budaya dan filosofi budaya Jawa.

Pertanyaan

Saka papat utawa saka guru sing nyangga pencu minangka landhesane? 

A. Kedisiplinan. 

B. Ketekunan. 

C. Kekuatan. 

D. Kesabaran. 

Jawaban

Pilihan jawaban yang paling tepat adalah nomor 3 yaitu kekuatan atau dalam Bahasa Indonesia adalah kekuatan. Hal ini sesuai dengan pertanyaan yang menanyakan landasan dari saka guru atau saka papat yaitu kekuatan. 

Pilihan jawaban yang lain kurang tepat, karena dalam fungsinya saka guru tidak menjalankan fungsi-fungsi di atas. Selain itu, sifat-sifat di atas tidak berhubungan dengan materi konstruksi dan bangunan Budaya Jawa. 

Pembahasan

Budaya konstruksi Jawa memiliki banyak filosofi dan simbolisme namun sekaligus memiliki fungsi yang efektif untuk pembangunan. Dalam bangunan jawa, tembok atau dinding dianggap sebagai pembatas ruangan saja. 

Tidak ada fungsi untuk menopang bangunan, karena dalam budaya konstruksi Jawa. Peran itu dipercayai memiliki soko guru atau tiang pancang pada bangunan. Karena itu, dalam bangunan Jawa, model tiang-tiang ini banyak ditemukan. 

Mengenal Saka Guru

Seperti yang disebutkan sebelumnya, dalam konstruksi bangunan khas Jawa. Tembok tidak memiliki fungsi sebagai penyanggah bangunan. Jadi, fungsi dari tembok sepenuhnya hanya sebagai pembatas ruangan saja. 

Fungsi penopang dan penyangga bangunan ada pada tiang pancang atau disebut juga saka guru. Karena itu, modal ini banyak ditemukan di bangunan tradisional jawa mulai dari rumah adat, pendopo, sampai dengan masjid dengan arsitektur Jawa. 

Model konstruksi Saka Guru ternyata tidak bisa diterapkan sembarangan. Karena hanya bangunan-bangunan khusus, seperti rumah bangsawan, pendopo, atau bangunan sakral yang menggunakan model konstruksi saka guru. 

Simbolisme Dalam Saka Guru 

Saka memiliki arti ‘tiang’ sedangkan guru memiliki arti ‘pengajar’, tiang pengajar adalah gelar yang diberikan pada keempat tiang yang ada di ruangan utama dalam bangunan yang menggunakan konstruksi ini. 

Dalam pembangunannya, saka guru ini memiliki banyak simbolisme yang disesuaikan dengan bangunannya. Misalnya saja, Saka Guru yang ada di Masjid Demak merupakan contoh penerapan saka guru dengan simbolisme yang sangat ikonik. 

Masing-masing dari tiang merupakan perlambangan dari Al-Quran, hadist, ijma’ dan qiyas yang menjadi dasar dalam mengambil keputusan dalam Islam. Apalagi, dengan cerita dibaliknya, saka guru Masjid Demak yang dibuat oleh para wali di Tanah Jawa. 

Keistimewaan Ruang Saka Guru 

Keberadaan saka guru dalam ruangan menandakan bahwa ruangan ini merupakan ruangan yang istimewa dan spesial. Bahkan, sebelum pengaruh islam di tanah jawa, konstruksi ini diperuntungkan untuk ruang yang dianggap suci. 

Dalam penerapan di masa modern, mungkin praktek ritual ruang suci sudah tidak dipercayai dan dilakukan lagi. Namun, pada masanya ruangan ini digunakan untuk membakar dupa secara rutin. 

Ritual penghormatan dewi padi yaitu Dewi Sri selalu dilakukan dalam ruangan yang memiliki empat pilar. Namun, setelah pengaruh islam, ruang suci yang ditombang 4 pilar ini diartikan juga sebagai tempat beribadah yang artinya adalah tempat shalat. 

Sekarang konstruksi ini digunakan sebagai bagian dari budaya. Namun, masih ada beberapa kelompok yang melakukan ritual yang dimaksud. 

Itulah jawaban dari pertanyaan saka papat utawa saka guru sing nyangga pencu minangka landhesane sudah diketahui. Pembahasan di atas bisa membantu para siswa untuk menjawab pertanyaan lain yang berhubungan dengan budaya konstruksi Jawa.

Tinggalkan komentar