Dalam Bahasa Daerah seperti Jawa, murid seringkali diuji pertanyaan seperti bapak pucung amung sirah lawan gembung. Tanpa mengerti konteksnya, soal akan sulit dijawab.
Sebab itu, murid akan perlu mencermati pertanyaan yang diberikan baik-baik. Alangkah baiknya soal diterjemahkan dahulu sebelum memilih opsi yang paling benar.
Pertanyaan:
Bapak pucung amung sirah lawan gembung, padha kinunjara, mati sajroning ngaurip, mijil baka si pucung dadi dahana. Tembung pucung iku nyritakake?
a. bapak pucung
b. watu
c. wit gedhe
d. penthol korek
Jawaban:
Kalimat pertanyaan pada soal tersebut merupakan penggalan cangkriman tembang pucung. Sehingga, bila terjemahkan, maka penggalan tersebut menggambarkan pentol korek.
Maka begitu, sudah jelas jawabannya yaitu D. penthol korek. Hal ini dikarenakan bagian atas korek api kembung, dalam kotak bersama, dan bila dibakar akan menjadi api.
Untuk pilihan A. bapak pucung, jawaban ini tentu salah. Sebab, dua kata berbahasa Jawa ini digunakan untuk setiap awalan dari cangkriman tembang seperti di soal.
Lalu, pada pilihan B. watu, ini juga bukan jawaban yang tepat. Bila diartikan, watu artinya batu, sehingga tidak sesuai dengan teka-teki yang digambarkan soal tersebut.
Terakhir, pilihan C. wit gedhe tentu juga bukan jawaban yang benar. Bila diartikan, wit gedhe artinya pohon gede, sehingga kurang cocok dengan deskripsi penggalan soal tersebut.
Pembahasan Mengenai Cangkriman Tembang Pucung
Jika membahas sastra Jawa, ada banyak sekali jenis tembang yang memiliki maknanya masing-masing. Salah satu darinya yaitu tembang pucung, jenis yang paling terakhir.
Dalam pucung pula, juga dibagi menjadi beberapa kategori. Salah satunya yaitu cangkriman, dimana puisi ini dibuat sebagai teka-teki yang bersifat menghibur.
Yang dimaksud dengan cangkriman yaitu sebuah kata-kata tebakan yang dapat ditebak (dibatang). Banyak juga yang menyebutnya dengan sebutan badhean atau badhekan.
Tembang dalam bentuk cangkriman ini sudah dikembangkan khususnya di pulau Jawa. Bahkan, karya sastra kuno juga memiliki tembang jenis ini, seperti pada tembang kawi Prawira Latita.
Dikarenakan isinya yang unik, tembang cangkriman ini kemudian dilestarikan dan dijadikan guyonan masyarakat. Saat ini, terdapat beberapa cangkriman pucung yang unik dan menghibur.
Contohnya, seperti penggalan bapak pucung amung sirah lawan gembung di atas. Untuk membahas lengkap tentang maksud dari penggalan tersebut, mari simak informasi berikut:
1. Terjemahan Lengkap Cangkriman pada Soal
Tentunya, murid ingin mengetahui mengapa jawaban yang benar adalah penthol korek. Maka itu, berikut terjemahan satu per satu kalimatnya, serta pembahasannya.
- Kalimat pertama: Bapak pucung amung sirah lawan gembung. (Terjemahan: Bapak pucung hanya kepala saja yang bengkak/kembung).
- Kalimat kedua: padha kinunjara. (Terjemahan: pada dipenjara).
- Kalimat ketiga: mati sajroning ngaurip. (Terjemahan: mati hidup bersama).
- Kalimat keempat: mijil baka si pucung dadi dahana. (Terjemahan: bagian atas kepala menjadi api).
Dari terjemahan lengkap tersebut, dapat dipastikan maka deskripsinya persis dengan ciri-ciri pentol korek api. Untuk yang awal, memang benar bagian atas korek api bengkak.
Lalu, pentol korek juga dimasukkan ke kotak dalam waktu lama. Hal ini cocok dengan penggunaan kata “penjara” di kalimat kedua. Karena itu, semua batangan mati hidup bersama di kotak.
Terakhir, pentol yang dibakar memang betul akan menjadi api. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggalan cangkriman tersebut menceritakan tentang pentol korek.
2. Makna yang Dapat Diambil
Meski hanya sebagai hiburan semata, cangkriman pucung ini memiliki makna yang dapat diambil. Misalnya, teka-teki ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan mengenai pentol korek.
Tebakan yang dibuat dalam cangkriman tersebut juga tidak terlalu sulit untuk ditebak. Hanya saja, bagi yang tidak fasih berbahasa Jawa akan perlu menerjemahkannya dahulu.
Cangkriman ini juga dapat digunakan untuk memperkenalkan sastra Jawa kepada masyarakat luar. Puisi ini dapat membuat sebagian menjadi tertarik dengan bahasa Jawa.Sekian pembahasan mengenai penggalan bapak pucung amung sirah lawan gembung tersebut. Selagi menjawabnya, murid juga dapat menggunakannya sebagai teka-teki.