Apa Tegese Wiwit Kuncung Nganti Gelung?

Apa tegese wiwit kuncung nganti gelung? Pertanyaan yang diajukan dengan Bahasa Jawa ini menanyakan arti dari sebuah peribahasa (paribasan). Dalam setiap peribahasa tentu mengandung makna tersendiri, yang biasanya berupa nasihat tentang kehidupan.

Begitu juga dengan peribahasa yang menggunakan Bahasa Jawa. Materi ini cukup umum dikenalkan pada siswa sekolah. Selain mengenalkan perbedaan bahasa juga mengenalkan nilai-nilai yang berharga akan kehidupan. Seperti apa makna dari peribahasa ini?

Pertanyaan:

Apa tegese wiwit kuncung nganti gelung?

A. Hidup serupa dengan roda yang akan terus berputar.

B. Seberapa lama waktu untuk melakukan perubahan hingga keberhasilan.

C. Lebih banyak pengeluaran dibandingkan pemasukannya.

D. Hindari asal bicara, gunakan landasan yang cukup.

E. Jika enggan untuk bergerak, maka akan sulit mendapatkan makanan.

Jawabannya ada di pilihan B, yakni waktu yang diperlukan untuk melakukan perubahan bahkan keberhasilan.

Pembahasan untuk Masing-masing Pilihan

Dimulai dari opsi A, yang menggambarkan jika hidup sejatinya ibarat roda. Roda bisa berputar, dari yang berada di atas kemudian pindah ke arah bawah, dan sebaliknya. Hal yang diumpamakan dengan roda ini adalah kehidupan itu sendiri, yang selalu dapat berubah.

Seseorang tidak selamanya berada di keadaannya saat ini. Ada yang tadinya sehat kemudian karena tidak menjaga kesehatannya, tiba-tiba terkena penyakit berisiko. Begitu juga yang tadinya boros menjadi hemat akibat penipuan. Namun, ini bukanlah makna peribahasa tersebut.

Kemudian pilihan C membahas tentang seseorang yang lebih banyak melakukan pengeluaran dibandingkan menambah pemasukan. Ini merupakan kebiasaan yang dilakukan cukup banyak orang. Meski sedikit, lama-kelamaan menjadi banyak jika tidak segera dikelola.

Permasalahan finansial menjadi sumber stres yang paling tinggi sejak dahulu. Namun, pembahasan ini lebih tepat untuk peribahasa lainnya, yakni kegedhen empyak kurang cagak. Maka, C bukanlah opsi yang pas untuk menjawab pertanyaannya.

Di pilihan D terdapat kalimat yang menghimbau, agar berhati-hati saat berbicara. Jadi, tidak sembarangan mengatakan sesuatu apabila tidak memiliki dasar yang tepat. Menghindari kebiasaan ini dapat memberikan lebih banyak kebaikan dibandingkan melakukannya.

Pasalnya, mengatakan sesuatu tanpa berpikir panjang memang mudah dilakukan. Meski begitu, masih sedikit yang benar-benar memahami dan memiliki dasar kuat atas perkataannya. Jawaban D ini bukanlah arti yang pas untuk membahas peribahasa yang ditanyakan.

Lalu ada opsi E, yang menjelaskan apabila enggan untuk bergerak, susah mendapatkan makanan. Maksudnya adalah seseorang yang bermalas-malasan akan sulit mendapatkan rezeki yang dibutuhkan. Meski begitu, E masih belum tepat untuk menjawab peribahasa.

Bagian yang paling tepat untuk mengartikan peribahasa ini ada di opsi B, yakni perubahan memerlukan waktu, tidak bisa instan. Gelung sebenarnya berasal dari model rambut laki-laki Jawa yang digulung.

Pepatah ini terinspirasi dari lamanya rentang waktu, dari seseorang masih anak-anak (disebut kuncung) hingga dewasa (gelung). Jadi, tidak semerta-merta terjadi perubahan begitu saja karena semuanya membutuhkan proses termasuk naik dan turunnya.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas tentang opsi jawaban yang tersedia, yang benar adalah C. Makna yang paling menggambarkan isi peribahasa tersebut berhubungan dengan waktu untuk berubah hingga mencapai keberhasilan.

Penerapan pepatah ini sebenarnya cukup luas, karena di masa yang semakin cepat ini banyak orang menginginkan hal instan. Tentunya perubahan membutuhkan waktu, dimana kenaikan maupun penurunan merupakan sesuatu yang wajar.

Jadi, itulah makna dari apa tegese wiwit kuncung nganti gelung. Pepatah ini bertujuan untuk mengingatkan kembali bahwa semua hal membutuhkan proses. Layaknya pertumbuhan seorang anak hingga dirinya dewasa, ada tahap-tahap yang perlu dilalui sebagai fondasi.

Tinggalkan komentar